Harga Sebuah Kejujuran dari Seorang Siswa

Berapa banyak siswa yang benar-benar belajar di sekolah? Dan berapa banyak siswa yang hanya mementingkan nilainya di sekolah? Sudah menjadi rahasia umum betapa buruknya mental para siswa di sekolahnya masing-masing, kejujuran sudah tak ternilai lagi di mata mereka karena ajaran yang sudah turun temurun dari sebuah nilai yang isinya hanya angka saja.

Seorang siswa bernama Budi, dia adalah siswa yang pandai dan rajin di kelasnya, namun tak ada satupun yang mau berteman dengannya. Alasannya sepele saja, Budi tak pernah mau memberikan contekan kepada teman-temannya. Sebenarnya Budi bukan anak yang pelit, dia mau saja mengajari teman-temannya jika ada pelajaran yang belum mereka ketahui dan pahami, namun kebanyakan teman-temannya hanya mengharapkan bantuan Budi tanpa punya niat untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

Budi yang merasa dikucilkan akhirnya mulai sedih dan rendah diri, hal itu membuatnya sering menyendiri dan termenung. Bu guru melihat Budi yang sering melamun, dan bu guru memanggil budi ke dalam ruangannya, kemudian terjadilah percakapan antara keduanya,

Bu guru : Budi, kamu kenapa melamun sendiri? Kenapa tidak bermain dengan teman-temanmu?
Budi : Tidak apa-apa bu guru
Bu guru : jujur saja tidak apa-apa, bu guru akan menjaga rahasia kamu kok.
Budi : beneran bu? Jangan bilang teman-teman yah, nanti malah saya diejek tukang ngadu.
Bu guru : iya budi, ibu bakalan jaga rahasia kok.

Kemudian Budi menceritakan masalahnya satu per satu, mulai dari dijauhi teman-temannya hanya karena tidak mau memberikan contekan dan bocoran saat ulangan dan ujian, serta masalah Budi yang merasa kesepian karena tidak punya teman di kelasnya. Mendengar curhatan Budi, bu guru meneteskan air matanya karena sedih melihat anak muridnya mengalami hal seperti itu,

Bu guru : kamu yang sabar ya bud, ibu juga dulu mengalami hal seperti itu
Budi : saya diajari orang tua saya agar menjadi anak yang jujur bu, tapi teman-teman selalu memaksa saya dan mereka membenci saya karena katanya saya pelit bu, apa saya salah bu?
Bu guru : kamu tidak salah nak, mereka yang tidak bisa menghargai sebuah kejujuran. Kamu yang sabar yah, ibu guru bakal mendukung kamu kok, kamu anak yang pandai dan jujur, semoga kelak kamu jadi orang sukses.
Budi : terimakasih bu guru, saya akan terus berusaha menjadi siswa yang pandai dan berprestasi.

Singkat cerita para siswa mengikuti ujian sekolah, dan hal yang mengejutkan terjadi kala Budi menjadi satu-satunya siswa dengan nilai terendah yang ada di kelas. Banyak sekali teman-teman yang mengejek Budi karena nilainya jelek, namun berbeda dengan perlakuan bu guru yang malah memuji Budi.

Bu guru : anak-anak, ibu tahu kalian mendapatkan nilai yang bagus dalam ujian, dan Budi mendapatkan nilai terendah. Namun ibu guru malah memuji budi dan ingin memberikan hadiah kepada Budi.
Salah satu siswa : loh kenapa bu? kami yang dapat nilai bagus, kenapa budi yang dapat hadiah? dia kan nilainya paling jelek
Bu guru : ibu tahu kalian dapat nilai bagus karena mencontek, ibu melihat sendiri kelakuan kalian, dan ibu tahu kemampuan kalian semua. Budi dapat nilai paling jelek karena dia tidak mau mencontek, dan dia mengandalkan kemampuannya sendiri. Ibu tidak akan bangga kalau kalian mendapatkan nilai bagus tapi hasil mencontek, ibu guru lebih menghargai kejujuran kalian.

Hampir seluruh siswa di dalam kelas terdiam, dan mereka menyadari kesalahannya. Kepala mereka menunduk tanda bahwa mereka mengakui kecurangannya, dan akhirnya mereka menyadari kesalahan mereka dan meminta maaf kepada ibu guru dan Budi.
  • Anda mungkin tidak akan mendapatkan balasan langsung dari sebuah kejujuran, namun yakinlah bahwa kebaikan sekecil apapun akan dicatat oleh Allah SWT, dan keburukan sekecil apapun juga dicatat pula. Siapa yang menanam, dia akan memetik buahnya (meski tidak secara langsung).

Updated at: 3:31 AM

0 comments:

Post a Comment