Aku Bahagia Melihatmu Tidur Nyenyak Sayang

Sore itu aku menyelimuti istriku dengan sebuah kain batik, wajahnya begitu polos kala dia terlelap, matanya yang sedang terpejam itu masih menampakkan kecantikkannya. Tak lupa aku mencium keningnya dan aku tersenyum melihat wajah istriku ini, dia wanita pilihanku yang baru hari ini aku nikahi. Dan seharusnya ini adalah saat-saat yang sangat membahagiakan untukku dan keluargaku, yah aku menerima semua takdir dari Tuhan.

Aku masih ingat hari kemarin, saat aku sedang sibuk menerima tamu di rumah orang tuaku, dia masih sempat menelponku dan menanyakan berbagai hal, hmm rasanya aku tidak sabar menunggu pernikahan kami yang rencananya akan dilangsungkan esok paginya. Setelah beberapa saat ngobrol, aku harus mematikan telepon karena masih banyak tamu undangan yang berdatangan, dia sempat mengucapkan "i love you" kepadaku, dan aku membalas ucapannya pula.

Malam harinya kala tamu undangan telah pulang, aku merasakan lelah yang sangat, dan aku segera ke kamar untuk tidur. Seharusnya dengan kondisi fisik yang lelah dan akan menghadiri acara pernikahanku, malam ini aku bisa tidur dengan nyenyak, namun entah kenapa pikiranku terus saja berputar dan membayangkan calon istriku.

Kala aku paksakan untuk tidur, aku bermimpi dan rasanya itu sangat nyata, hmm di dalam mimpi aku sedang berjalan di tengah taman yang isinya bunga-bunga yang indah dan wangi, di tengahnya ada sebuah pohon besar yang rindang, dan ku lihat calon istriku ada di sana sedang melihatku. Aku berlari menghampirinya, namun semakin kencang aku berlari, aku semakin jauh darinya, dan aku terbangun dari tidur dengan keringat dingin di keningku.

Saat ku lihat jam, ternyata sudah jam 5 pagi, dan tubuhku terasa tidak enak kala itu, perutku mual dan punggungku kaku, kayaknya aku masuk angin. Aku pergi ke dapur dan membuat teh hangat yang ku campur dengan madu, aku meminumnya sambil menikmati suasana pagi yang masih sepi. Dalam kesendirianku saat itu, aku teringat kembali masa-masa mudaku, saat masih sekolah, dan kemudian mengenal calon istriku, hmm rasanya baru kemarin aku menyatakan cinta dan hari ini aku akan menikahinya, rasanya menyenangkan sekali.

Namun saat sedang melamun, tiba-tiba gelas yang ku pegang jatuh dan pecah, hal itu membuat ibuku bangun dan menanyakan padaku kenapa gelasnya pecah, wajahnya cukup panik saat itu. Aku menceritakan kalau lagi tidak enak badan dan ingin tidur kembali, namun ibu melarangku karena sebentar lagi aku harus siap-siap untuk berangkat ke rumah calon istriku.

Sekitar jam 7 pagi rombongan keluarga sudah berangkat dengan mobil, banyak saudaraku yang ikut dalam acara itu, hmm aku bahagia sekali. Di tengah perjalanan aku melamun lagi dan entah kenapa aku melihat seorang di pinggir jalan yang mirip sekali dengan calon istriku, saat itu aku sempat menyuruh pak sopir untuk berhenti dan aku keluar mobil memeriksanya, ternyata tak ada siapa-siapa. Ibuku marah kepadaku, dia menasehatiku agar tidak banyak melamun, katanya pamali.

Jam 8 pagi kami sampai di rumah calon istriku, mereka menyambut kami dengan sangat ramah, dan aku belum melihat istriku, katanya masih dirias di dalam kamarnya, aku jadi tak sabar melihat wajahnya yang cantik itu. Setelah beberapa menit istirahat, kemudian pak penghulu datang dan calon istriku keluar dari kamar, kami duduk berdampingan dan aku mengucapkan akad nikah. Pernikahan kami sudah sah dan para tamu undangan mendoakan kami agar menjadi pasangan yang bahagia.

Setelah acara pernikahan itu, sekitar jam 10 pagi istriku terlihat pucat dan dia diam saja sambil menemaniku menerima beberapa teman dan kerabat yang datang dalam acara pernikahan kami. Dan tak berselang lama, istriku terjatuh dan pingsan, hal itu membuat kami semua panik dan langsung membawanya ke dalam kamar. Saat itu aku benar-benar panik, entah apa yang terjadi padanya hingga bisa pingsan, mungkin dia kelelahan dengan acara ini.

Aku menunggu di luar kamar sambil masih menerima tamu, aku harus bersikap biasa saja karena tidak ingin membuat para tamu undangan panik. Sekitar jam 1 siang aku dipanggil ibu, katanya aku disuruh ke dalam kamar, kebetulan saat itu tamu undangan sudah tidak terlalu banyak.

Saat aku masuk ke dalam kamar, orang-orang di dalam kamar menangis, dan aku mendapati istriku sudah bangun, dia memanggilku dengan suara lirih dan serak. Aku mendekatinya dan saat itu dia berkata padaku "sayang, aku bahagia sekali bisa menikah denganmu, maafkan aku karena tak dapat menjadi istri yang baik dan melayanimu, aku harus pergi saat ini. Kamu jangan bersedih ya, kamu bisa cari istri lain lagi, aku minta maaf dan terimakasih sayang, aku mencintaimu", dan selepas itu dia menghembuskan nafas yang terakhir.

Aku berteriak sekuat tenaga, aku memanggil istriku, dan akhirnya ku pingsan tak sadarkan diri. Sekitar jam 5 sore aku terbangun, ku pikir ini adalah mimpi, namun ini kenyataan, dan istri yang baru aku nikahi tadi pagi kini sudah meninggal dunia, dia pergi untuk selamanya. Siapa yang kuat menghadapi kenyataan seperti ini? Siapa yang tidak menangis dengan kejadian seperti ini? Kehilangan orang yang disayangi pada saat yang seharusnya membahagiakan?!

Aku mencoba untuk kuat dan tabah meski air mataku terus saja mengalir, aku tak kuasa menerima keadaan ini, kenapa harus saat ini, kenapa harus aku yang mengalaminya? Aku ikut mempersiapkan pemakaman, aku menunggui istriku dan dalam hati aku masih berharap dia akan bangun, aku berharap ini hanya sebuah mimpi, namun aku harus menyadari kenyataan ini. Setelah cukup sore dan mulai gelap, aku ikut mengantarkan istriku ke pemakaman, saat itu keluarganya meminta agar langsung dikubur saja karena satu dua hal yang aku tak peduli. Aku membopong istriku ke dalam liang lahat, aku membukakan talinya dan terlihat wajahnya tersenyum, tak kuasa aku menahan perasaan ini hingga akhirnya ku pingsan dan dibantu orang-orang keluar dari liang kubur itu.

Sedih memang harus mengalami kejadian seperti ini, namun ini adalah takdir dan aku harus mengikhlaskannya, aku harus terus menjalani hidup ini. Kadang kebahagiaan yang kita harapkan tak seperti kenyataan yang terjadi, tapi ini kuasa Tuhan dan aku harus menjalani peran ini, meski menyakitkan.

Updated at: 3:52 AM

0 comments:

Post a Comment