Wisuda yang meriah, foto-foto kelulusan yang mengagumkan, ijazah S1, dan harapan yang tinggi aku rasakan saat aku sudah lulus kuliah selama 4 tahun. Perjuanganku dalam bangku kuliah memang cukup keras dan sulit, aku harus kost dan hidup pas-pasan karena orang tuaku tidak bisa memberikan uang yang cukup banyak untukku. Bahkan aku harus kerja sampingan saat kuliah hanya untuk menambah uang makan atau sekedar membayar kebutuhan kuliah.
Setelah lulus, aku pulang ke kampung untuk istirahat sejenak menikmati masa kekosonganku setelah lulus sambil mengirimkan lamaran pekerjaan. Satu bulan aku masih bersabar karena belum ada satupun lamaran pekerjaan yang berkelanjutan, orang tuaku juga masih sabar melihat anaknya yang sarjana menganggur di rumah. Dua bulan aku mulai bosan, aku mulai sering pergi dan jarang di rumah karena tidak enak dengan keluargaku.
Bulan ketiga cerita sudah mulai berubah, banyak perkataan menyakitkan yang aku dengar, mulai dari orang tuaku, saudaraku, teman-teman, tetanggaku, dan maish banyak lainnya yang seakan memojokkanku. Diantara ucapan itu, aku masih ingat kata-kata yang menyakitkan seperti, "kamu sudah lulus kok gak kerja-kerja?", "Hei sarjana pengangguran, mending si A itu cuma lulusan SMP tapi sudah sukses", "ilmu kamu gak dipakai apa? Orang pinter kok nganggur", "kamu kerja seadanya aja, daripada nganggur terus ngandalin ijazah gak laku".
Rasanya ingin nangis mendengar perkataan itu, aku harus sabar dan mengalah dengan ucapan yang mengganggu itu. Aku terus saja mengirimkan lamaran pekerjaan ke berbagai kantor, perusahaan, instansi, bahkan aku mendaftar kerja di supermarket, ah aku tak peduli dengan statusku yang sarjana, yang penting aku dapat kerja dulu. Berkali-kali aku melamar kerja, dan berkali-kali aku ditolak, entah alasan apa mereka menolakkua. Aku seakan jauh dari pekerjaan, dan ini sudah 6 bulan lamanya.
Sampai akhirnya aku benar-benar tidak tahan dengan keadaan ini, aku sedih dengan ucapan mereka, aku sakit hati dengan hinaan itu, dan aku akhirnya menangis di kamar, aku ingat saat itu hujan turun dengan derasnya, aku berteriak-teriak di dalam kamar, aku merasa disudutkan kenyataan. Aku berdo'a kepada Tuhan, aku berharap kepada-Nya, dan aku berserah diri.
Besoknya, ada sms dari rekan kerjaku dulu saat aku magang, dia membutuhkan asisten di kantornya dan dia menyuruhku mengisi posisi itu. Sungguh aku seperti mendapat sebuah jawaban dari segala kegundahanku, aku yakin ini kuasa Tuhan.
Setelah mengisi berbagai kebutuhan untuk masuk ke kantor itu, akhirnya aku bisa bekerja, di tempat yang lebih baik dari pekerjaan yang sebelumnya aku lamar. Ya Tuhan, aku sangat bersyukur saat ini sudah bisa bekerja dan mendapatkan gaji yang lumayan.
Keadaan berbalik saat ini, orang tua dan saudara sudah tidak terlalu banyak menuntutku karena mereka tahu aku sudah bekerja, sementara orang-orang yang menghinaku? Mereka sok baik dan mulai menanyakan pekerjaan, ah aku sudah menduga pikiran mereka. Walau aku masih ingat dengan ucapan menyakitkan mereka, tapi aku memaafkannya dan kalau ada lowongan pekerjaan, aku selalu memberitahukan mereka.
Sebenarnya aku tidak sendiri, banyak kok sarjana yang memiliki nasib sepertiku, bahkan ada yang lebih parah dan menyedihkan. Aku hanya berharap untuk orang-orang yang bisa berkomentar, kalian tidak akan perna tahu apa yang kami rasakan, sarjana bukan jaminan kami mudah mendapatkan kerja yang nyaman dengan gaji besar.
Aku😢
ReplyDelete😁
ReplyDeleteAku 😭
ReplyDelete