Pagi itu matahari terbit dengan sinar yang cerah, suasana sangat mendukung, dan staminaku terasa penuh untuk memulai pertualangan hari itu. Di pertigaan jalan aku menunggu teman-temanku yang akan ikut rombongan berwisata ke kebun teh di Kaligua.
Tepat jam 8 pagi kami semua sudah berkumpul, 8 orang dengan 5 motor bebek sudah siap untuk berangkat. Setelah sedikit mempersiapkan perjalanan akhirnya kami semua berangkat dan menikmati jalanan beraspal menuju ke Kaligua yang berada di Kabupaten Brebes.
Perjalanan sekitar 2 jam kami nikmati di sepanjang jalan raya yang ramai dengan bus, mobil, truk, dan berbagai kendaraan lain yang sedang melaju. Setelah masuk ke dalam kawasan Bumiayu, kami mulai disuguhi dengan pemandangan yang luar biasa, di sepanjang jalan terlihat sawah dan ladang yang berisi berbagai tanaman sayuran dan hanya sedikit yang ditanami padi, yah memang daerah Brebes memang terkenal sebagai penghasil sayuran.
Jalanan dari Bumiayu menuju ke Kaligua menanjak dan berliku, cukup berbahaya bagi yang belum ahli dalam mengendarai sepeda motornya, namununtungnya jalanan yang ada bagus dan mudah untuk dilewati. Selama perjalanan, kami juga melewati beberapa titik tempat wisata lain, misalnya telaga (lupa namanya), ada juga kaligua yang merupakan danau yang isinya ikan lele, namun kami belum mampir ke tempat itu karena tujuan utama kami adalah kebun teh yang ada di puncak.
Setelah sampai di kebun teh, kami membayar karcis masuk ke tempat wisata itu dan segera memarkirkan motor kami di tempat yang sudah disediakan, "Subhanallah sungguh indah ciptaan-Mu ya Allah", hmmm sepertinya kalimat itu yang pantas menggambarkan bagaimana keindahan yang ada di kebun teh ini. Hawanya yang dingin, pemandangan pohon teh yang ditata sedemikian rupa, dan jalanan dari batu yang ditata rapi membuat kami cukup terhipnotis untuk menikmati pemandangan ini. Sejenak kami duduk terdiam menikmati pemandangan di kebun teh ini, dan kami baru beranjak ketika dirasa sudah masuk jam makan siang kala itu.
Kami akhirnya memutuskan untuk masuk ke kawasan gua jepang yang memang menjadi salah satu titik utama dari tempat wisata di kebun teh ini, tempatnya bagus dengan sungai yang mengalir di tengah jalan, lalu ada tempat duduk yang ditata rapi dan tentu saja ada gua jepang peninggalan dari sang penjajah. Setelah makan siang dan istirahat, kami masuk ke dalam gua jepang ditemani oleh pemandu yang membawa lampu senter untuk menerangi jalan. Di dalam gua, kami melihat berbagai tempat sisa penjajahan jepang, jalan yang kami lalui berlumpur dan licin, ada hawa menyeramkan juga mengingat tempat itu adalah tempat yang lama ditinggalkan dan menyimpan berbagai peristiwa di masa lampau.
Setelah keluar dari gua jepang, kami duduk dan menikmati pemandangan dengan memainkan gitar yang kami bawa dari rumah, sambil sesekali kami menggoda para adek-adek gemes yang lewat hehehee. Jam 2 siang kami memutuskan untuk naik lagi menuju ke puncak kebun teh, dan jalanan kali ini sudah sangat luar biasa, 2 motor sudah tidak kuat menanjak dan akhirnya kami menyerah ke puncak dan memilih untuk kembali dan pulang saja. Selamat tinggal kebun teh, tempat yang indah, tempat yang sangat damai dan mungkin aku tak akan ke tempat itu lagi...
Dari kebun teh, kami menuruni jalan yang mulai basah karena rintik hujan yang turun, di sini memang curah hujannya lumayan lebat, bahkan kabut muncul dan sangat pekat, jarak pandang mungkin hanya beberapa meter saja sehingga cukup mengganggu perjalanan pulang kami. Di jalan kami singgah ke gua lele dan melihat pemandangan yang ada, hmm saya cukup heran kenapa dinamai gua lele, padahal tempatnya mirip waduk dengan pohon tua disekitarnya, namun sayang saya tidak menemui satupun ikan lele di sana, kata penjaganya sih lagi bukan musimnya lele itu keluar dari sarangnya (gua). Oh ternyata gua lele itu terinspirasi dari lele yang merupakan penghuni tempat itu, dan hanya keluar di waktu tertentu saja. Bahkan kata sang penjaga, ada lele yang sangat besar ukurannya yang katanya adalah raja lele di situ. Tidak ada orang yang diperbolehkan mengambil lele di sini, ada suatu kepercayaan yang mengatakan bahwa ketika ada yang nekad mengambil lele dari tempat ini, maka tak lama dia akan mendapatkan bencana, entah rumahnya kebakaran atau terkena angin yang akan merusak rumahnya, bahkan ada juga yang mengatakan bahwa kematian akan datang padanya.
Jujur setelah mndengar penjelasan dari penjaga gua lele, saya merinding dan mengajak teman saya untuk segera pulang meninggalkan tempat itu. Akhirnya kami pulang dengan perasaan yang cukup puas setelah menikmati alam di kaliguan ini, kami pulang dibawah guyuran hujan yang deras dan baru sampai rumah setelah sekitar 3jam di perjalanan yang menakutkan karena jalanan licin dan petir yang menyambar.
0 comments:
Post a Comment