Kisah Seorang Pecundang yang Tak Berani Mengungkapkan Perasaan Cinta

Aku adalah seorang pecundang yang pandai membohongi hati dan perasaanku selama bertahun-tahun lamanya, aku adalah seorang lelaki yang kehilangan wanita yang aku cintai tanpa memberitahukan perasaanku ini kepadanya, dan aku adalah seorang yang harusnya menyesal.

Aku mengenalnya di awal masuk kuliah, seorang gadis yang canti dengan kulit putih, tubuhnya seperti gitar yang menggoda, senyumnya manis, dia ramah dan sangat menyenangkan ketika berbicara. Aku sangat dekat dengannya, dan gosip segera menyebar bahwa aku telah menjadi kekasihnya, namun yang sebenarnya terjadi aku hanya menjadi sahabatnya, menjadi tempat curhatnya ketika dia sedang ada masalah dengan pacarnya.

Satu dua semester kami lewati berdua, bersama dalam kesenangan dan rasa nyaman, dia selalu duduk di sebelahku dan menggodaku, kadang dia adalah wanita yang sangat usil ketika aku sedang memperhatikan dosen memberikan penjelasan, kadang aku adalah sosok pria yang membuatnya nyaman dan tenang ketika dia menghadapi masalah.

Sempat dia menanyakan perasaanku kepadanya, dan pecundang ini hanya berkata bahwa aku menganggapnya adikku, aku tak memiliki perasaan lebih kepadanya, dia hanya tersenyum mendengar perkataanku dan jauh di dalam lubuk hatiku, aku sakit karena telah membohongi diriku sendiri. Aku terlalu takut mengakui bahwa aku mencintainya, aku terlalu merasa pesimis dan rendah diri, yah aku sadar saat itu aku hanya mahasiswa miskin yang tidak memiliki pergaulan luas, sedangkan dia adalah wanita yang sempurna, memiliki paras dan tubuh ideal, banyak teman, berasal dari keluarga yang memiliki jabatan penting.

Waktu demi waktu berlalu, akhirnya kami lulus dan menjadi sarjana setelah bertahun-tahun berjuang bersama. Beberapa waktu setelah lulus, aku sempat kehilangan kontaknya dan tak pernah berhubungan, namun ketika aku memiliki kontak BBM-nya, rasanya tubuhku lemas dan aku tak lagi memiliki semangat ketika aku tahu dia sudah memiliki kekasih lagi yang sangat dia cintai, seorang yang kaya raya, tampan, dan memiliki masa depan cerah. Aku, iya aku hanya sarjana yang tak memiliki pekerjaan, aku masih seperti dulu, aku tak tahu apa perasaan yang saat ini aku rasakan.

Sejenak aku merindukan saat-saat bersamanya, ketika kami bergandengan menuju ke kelas, ketika kami makan berdua di kantin, saat-saat yang mungkin tidak akan aku dapatkan lagi. Hmmm aku hanya bisa meratapi nasibku, menyesal karena aku tak sempat memperjuangkan hatinya, dan kini dia sudah memiliki pilihan hatinya. Aku mundur dari kehidupannya, aku memilih untuk mencari wanita lain, dan entah kenapa bayangnya selalu menghantui setiap aku bersama wanita lainnya.

Selang beberapa bulan aku mendengar kabar bahwa dia telah melngsungkan pertunangan dengan kekasihnya, tanggal pernikahan sudah ditentukan, aku si pecundang ini dipercayai untuk membantunya membuat undangan, aku yang memiliki perasaan yang terpendam dalam hati harus membantunya bahagia. Entahlah aku masih harus terus berbohong dengan perasaanku ini, sungguh aku tak tahu dengan diriku ini, aku merasa kehilangan sosok yang harusnya aku perjuangkan.

Updated at: 11:04 PM

0 comments:

Post a Comment