Kisah Pertaubatan Seorang Pemuda Bertato & Perjuangannya

Seorang pemuda yang memiliki latar belakang kehidupan yang sudah sangat menyimpang dari jalan kebenaran akhirnya mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Pemuda ini kemudian mendatangi salah satu pondok pesantren dan menemui kyai yang memimpin pondok pesantren tersebut.

Pemuda : Assalamu'alaikum pak kyai
Kyai : Wa'alaikum salam, ada apa ya mas?
Pemuda : Mohon maaf pak kyai, saya datang ke pondok ini dan menemui pak kyai karena saya ingin bertaubat. Saya mohon bimbingan pak kyai agar jalan hidup saya bisa lebih baik (sambil menangis)
Kyai : Alhamdulillah kamu mendapat hidayah dari Allah SWT untuk bertaubat, saya akan membantu kamu sebisa saya.
Pemuda : Terimakasih banyak pak kyai, apakah saya boleh tinggal di pondok ini juga?
Kyai : Boleh mas, silakan saja yang penting bisa mengikuti peraturan yang ada
Pemuda : terimakasih banyak pak kyai (sambil cium tangan)
Kyai : Bersyukurlah kepada Allah SWT, Dia yang telah membukakakn jalan taubat untukmu

Pemuda itu akhirnya tinggal di pondok dan memulai pertaubatannya, dia meninggalkan dunia hitam yang sebelumnya dia jalani dan kini dia berusaha menjadi orang yang lebih baik dengan memperdalam ilmu tentang agama.

Setelah beberapa lama tinggal di pondok dan mengaji, akhirnya dia mendapatkan ilmu yang berhubungan dengan kesucian badan ketika wudhu, yah hal ini membuatnya bingung dan takut karena pemuda ini memiliki tato permanen yang ada di lengannya. Kemudian dia mendatangi kyai lagi dan menanyakan perihal permasalahannya tersebut.

Pemuda : Pak kyai benarkah tato saya ini membuat wudhu saya tidak sempurna?
Kyai : Yah secara lahiriah itu menutupi air yang dipakai untuk wudhu, tapi kamu sudah terlanjur menggambar tubuhmu itu dengan tato. Saya belum punya uang untuk membantu kamu ke dokter menghapuskan tato kamu, untuk sementara kamu niatkan saja dulu secara batin, semoga Allah SWT memaafkan kesalahanmu dan menerima niat kamu untuk bersuci.
Pemuda : Mohon maaf pak kyai, saya tidak akan merepotkan pak kyai dengan tato saya ini. Saya sudah sangat berterimakasih bisa diterima di sini, jadi saya tidak ingin merepotkan lagi pak kyai.

Setelah kejadian itu, pemuda ini selalu dihantui rasa bersalah karena tatonya yang tak bisa dihilangkan dan membuat ibadahnya kurang sempurna. Karena niat taubat yang sudah sangat mantap, akhirnya pemuda ini nekad menghapus tatonya dengan cara yang sangat tidak dianjurkan, dia sengaja menempelkan setrika panas ke kulitnya yang bertato. Sontak pemuda ini berteriak karena kesakitan dan menarik perhatian penghuni pondok, hingga banyak orang yang mencoba menolongnya dan datanglah pak kyai.

Kyai : Astaghfirullah...saya salut sama niat kamu bertaubat mas, tapi bukan seperti itu caranya, kamu malah menyakiti dirimu sendiri, itu dosa mas (sambil mengelus dada).
Pemuda : (sambil menangis dan merintih) maaf pak kyai, saya benar-benar menyesal, tapi saya merasa belum sempurna kalau masih ada tato di tubuh saya.
Kyai : tapi kan bisa ke dokter dengan cara yang lebih halus, kamu itu terlalu nekad.
Pemuda : saya takut kalau taubat saya tak diterima hanya karena tato pak kyai, maafkan saya.

Salah satu santri yang melihat kejadian itu akhirnya iba dan berjanji akan membantu pemuda itu, santri ini termasuk anak orang kaya, dan dia menjamin seluruh biaya penghapusan tato pemuda ini dengan cara medis yang lebih baik walau biayanya mahal.

Memang salah kalau kita menyakiti diri sendiri, namun sejujurnya sebuah penyesalan masih terasa lebih sakit daripada hal menyakitkan yang menyerang tubuh kita. Pesan untuk orang yang sedang dalam keadaan "bersenang-senang", ingatlah bahwa hidup ini hanya sementara, dan jangan sampai datang penyesalan suatu hari nanti hanya karena kesenangan yang sesaat.

Updated at: 10:09 AM

0 comments:

Post a Comment