Siang itu Jono dan Jini sedang jalan-jalan, mereka adalah sepasang kekasih yang baru beberapa bulan mengikat tali kasih. Karena masih sama-sama jaim dan malu, mereka belum berani melakukan hal-hal yang terlampau mesra, padahal dalam hati mereka ada gejolak yang tertahan.
Jono akhirnya memutuskan untuk mengajak Jini ke sebuah museum, tempatnya tak terlalu jauh dari rumah mereka. Siang itu setelah membayar tiket masuk, mereka memarkirkan motornya di tempat parkir dan menaruh helm serta tak lupa mengunci stang agar tak digondol maling.
Setelah memasuki kawasan museum, mereka segera jalan-jalan dan menikmati sisa peninggalan sejarah yang ada di museum itu, sambil bergandengan tangan dan senyum malu, mereka merasa menjadi dua insan paling bahagia di jagat raya kala itu. Kebetulan hari itu adalah hari senin, dan museum sangat sepi pengunjung, jadi mereka seakan bebas untuk berkreasi dengan gaya anak muda masa kini.
Masuklah mereka ke salah satu bangunan utama di museum itu, mereka memperhatikan lukisan dan barang peninggalan yang ada di sana dengan seksama. Hingga akhirnya karena suasana yang sangat sepi, ada niat buruk mereka yang seakan tak tertahan saat melihat ada kesempatan bagus itu. Sambil melihat-lihat di sekitar dan memperhatikan bagian atas bangunan untuk memastikan bahwa tak ada kamera pengawas, Jono dan Jini mulai melakukan aksinya.
Awalnya mereka saling berpandangan sambil malu-malu, lalu setelah dirasa aman akhirnya mereka memulai ciuman itu, dan dengan perasaan tegang karena takut ada yang masuk namun keburu nafsu, akhirnya mereka terus berciuman dan menikmati moment yang menurut mereka indah itu.
Hingga secara tiba-tiba ada suara pintu yang dibuka, gubrakkkk!!! ternyata ada bapak-bapak bersama istrinya masuk, mereka hanya berdehem dan buang muka. Jono dan Jini yang malu karena kepergok sedang mesum, akhirnya segera membereskan barang-barang mereka dan segera meninggalkan ruangan itu. Namun ketika akan keluar, sang bapak-bapak berucap sambil membuang muka "mau dilaporin ke petugas apa?", dan ucapan yang seperti petir itu akhirnya membuat mereka kalang kabut dan lari dari situ, menuju ke parkiran dan segera meninggalkan museum dengan perasaan malu dan takut.
0 comments:
Post a Comment