Besok, dulunya kata ini mengacu kepada hari esok, atau jika dijabarkan secara formal maka dihitung satu hari setelah hari ini. Misalnya saja jika hari ini Selasa, maka besok adalah hari rabu, pun begitu jika hari ini rabu maka besok mengacu pada hari kamis. Seharusnya ini adalah sebuah pengetahuan yang sudah dipahami semua orang normal di luar kepala.
Tapi, semakin berkembangnya jaman dan semakin banyaknya kata baru yang muncul ke pergaulan kita, ternyata juga mempengaruhi tata bahasa yang sudah ada sejak lama. Ah sebenarnya bukan tata bahasanya yang berubah, akan tetap pengartiannya saja yang berubah. Itu juga karena diubah seenaknya sendiri demi bisa menguntungkan diri sendiri tanpa mempedulikan kerugian yang dirasakan orang lain.
Bagi sebagian orang yang agak pelupa, besok artinya satu (atau dua) hari setelah hari ini. Ketika mereka berjanji "besok yah" maka, jika tidak lupa ia akan menepati janjinya satu hari setelah hari ini, tapi jika 'lupa' maka besoknya jadi 2 hari setelah hari ini. Atau dalam pemahaman normal kita, itu sudah masuk ke dalam lusa, bukannya besok. Akan tetapi namanya orang lupa, mau tidak mau harus kita maklumi.
Lalu bagi orang yang egois dan kurang bersimpati, biasanya mereka mengartikan besok dengan rentang waktu yang cukup lama. Besoknya mereka sudah masuk 3 hari sejak hari ini. Ah bukan, kadang seminggu dari hari ini. Bahkan bisa pula mereka mengartikan besok adalah sebulan setelah hari ini. Misalnya saja ketika mereka bilang "utangnya aku lunasi besok yah", maka bisa saja bulan depan dia baru melunasinya, paling cepat 3 hari setelah hari ini, itupun kalau kita beruntung.
Besoknya orang pelupa dan egois masih mending walaupun melanggar janji, pasalnya sebagian kecil dari mereka masih punya niat baik untuk memberikan konfirmasi perubahan makna besok. Kalaupun tidak mengkonfirmasi, mereka masih bisa ditunggu untuk menentukan makna besoknya karena mereka masih punya tanggung jawab.
Orang yang tidak tahu diri bahkan menggunakan kata besok untuk maksud yang tidak jelas karena mereka tidak bisa membedakan hari esok dan waktu yang tidak pasti. Kita hanya akan merasa sakit hati jika mengharapkan besoknya mereka, mungkin bisa setahun atau sepuluh tahun kemudian. Itu pun kalau mereka masih ingat, kalau lupa? Ya besoknya jadi makna berikutnya yang kini banyak dipahami orang di hampir seluruh dunia.
Makna besok yang terakhir adalah yang paling parah. Mungkin mereka tak memahami bahwa kata besok menunjukkan waktu, bukannya sinonim dari "kalau". Orang yang memaknai besok sebagai bukan bagian dari penunjukkan waktu ini sangat susah untuk memegang janjinya. Ketika mereka menjanjikan besok, maka arti sebenarnya adalah "jika mood berkehendak". Mereka punya besok yang tidak pasti, tidak bisa diharapkan dan mungkin saja sebuah kata manis untuk tujuan agar yang dijanjikan diam.
Beberapa kali saya berurusan dengan besoknya 'jika mood menghendaki' dan kebanyakan jadi orang yang menjauh dari saya karena mereka merasa tidak enak hati akibat besoknya. Tapi tak jarang pula mereka sudah tidak punya malu sama sekali hingga pura-pura lupa dengan besoknya.
Ini sudah 2019, jangan terlalu polos dengan besok menurut orang lain. Mungkin saja maksudnya lusa, seminggu kedepan, sebulan lagi, setahun kemudian, waktu yang tak jelas atau bahkan hanya kata ajaib agar kita diam dan lupa dengan janji mereka.
Bagaimana kita memaknai besok sebenarnya akan menunjukkan siapa kita di depan orang lain!
0 comments:
Post a Comment