Ketika Aku Berpura-pura Kampungan & Tidak Gaul

Di jaman sekarang banyak sekali orang yang terlalu sok gaul dan sok gaya, mereka seakan tahu segalanya dan menganggap orang lain itu tidak segaul mereka. Saya sendiri pernah mengalami kejadian seperti ini, dan ini menjadi pelajaran berharga untuk saya pribadi, jangan terlalu mengumbar pengetahuan yang minim untuk pamer kepada orang lain, kadang mereka lebih tahu.

Suatu ketika saya bertemu dengan kawan lama, dia adalah tetangga saya yang baru 1 bulan bekerja di salah satu caffe di kota saya. Maaf maaf saja yah, dulunya ini anak sederhana banget, jarang dandan dan tampangnya biasa aja. Namun saat saya ketemu dia, wuih gayanya berubah 180 derajat, dan saya sampai gak paham dengan ini anak.

Sekarang dia memakai pakaian modis, katanya dapat beli di salah satu distro langganannya, dia malah menawarkan saya katanya kalau saya ingin beli baju biar dia yang anterin aja, dia kenal sama yang punya distro. Rambutnya udah dicat pirang (mirip anak ayam gitu lah), terus telinganya pakai anting (cowok loh), pakai kacamata, gelangnya gede-gede banget, celana pensil, dan kaos bertuliskan band rock alternativ.

Ngomongnya pakai bahasa Indonesia sekarang, dia manggilnya elu-elu ge-gue, padahal saya jawab pakai bahasa daerah aja masih nyaut (xixixi). Yah, saya hargai kegaulannya dia lah, dan saya dengarkan segala ceritanya selama menjadi anak gaul saat ini. Saya iya-iyain aja sih, katanya dia mulai mengenal yang namanya obat, minuman, shisha, dan teman-temannya katanya gaul-gaul broh, pada tatoan gitu. Dia mau tatoan tapi taut ketahuan sama emaknya, katanya dia takut kalau emaknya marah-marah, bisa gawat dia bilang.

Setelah pertemuan itu, saya tidak berjumpa lagi dengan teman saya yang gaul itu, mungkin dia sibuk bergaul dengan teman-temannya, dan saya sibuk dengan kesibukan saya. Dan pada suatu malam minggu yang cerah, saya diajak teman-teman saya untuk nongkrong, katanya udah lama nggak hang out bareng gitu, ya udah saya iyain aja daripada nanti ngomel-ngomel gak jelas itu orang.

Berkumpullah kami di salah satu caffe yang menurut saya kurang nyaman, tempatnya sempit dan banyak anak alay yang pada teriak-teriak gitu di dalamnya, belum lagi ada yang pada selfie di sudut kursi caffe itu, ya elah kayak nggak pernah main aja lu tong.

Nah waktu saya memanggil pelayannya, ternyata eh ternyata yang datang itu teman saya yang dulu bertemu, dia melihat saya bersama teman-teman saya, dan dia menundukkan kepala. Entah deh, apa pura-pura gak kenal atau karena malu lihat saya yang kampungan ini datang ke tempat tongkrongannya itu. Saya sapa dia dan tanya-tanya kabarnya, eh busyet dia diem aja pura-pura gak kenal beneran, dan dia jawab seperlunya aja waktu saya tanya.

Setelah memesan kopi dan kentang goreng, kemudian dia pergi ke dapur, dan salah satu teman saya agak sewot liat pelayan tadi, kala itu dia bilang "eh itu pelayannya songong amat sih, lu kenal apa bro?", saya senyumin aja sih daripada tambah masalah. Kami asik nongkrong di cafe itu, cerita-cerita, dan ketawa-ketiwi bareng, sampai saya kebelet pipis dan masuk ke toilet. Nah pas di toilet ketemu sama teman saya lagi, saya sapa baru deh dia mau jawab dan mau ngomong sama saya dengan akrab.

Pas saya tanya kenapa tadi diem aja waktu ditanya, eh dia bilang kalau dia malu sama saya dan teman-teman saya. Hmm dia malu karena pekerjaannya sebagai pelayan caffe, hello itu pekerjaan halal bro, lu gak lagi ngemis atau korupsi, ngapain lu malu juga? Saya cuma menghiburnya dan bilang kalau saya masih tetangganya yang kampungan, dan saya hanya mengikuti teman-teman saya karena undangan mereka, saya juga bilang kalau saya tidak membeda-bedakan teman dari pekerjaannya.

Mungkin insyaf atau gimana, sejak kejadian itu dia gak pernah cerita lagi tentang pergaulannya kalau ada saya, dia langsung diam dan tak mau cerita lagi bagaimana koleksi terbaru di distro atau bagaimana asiknya nongkrong di kota. Kota apaan, itu caffe aja di pinggiran xixixi.
  • Begitulah hidup ini, mungkin diantara kalian akan menemui salah seorang teman yang dulunya biasa saja (kuper) terus kerja di kota dan jadi gaul, yah hargailah mereka dan jangan di skak mat, kasian guys.

Updated at: 3:21 AM

0 comments:

Post a Comment