Antara Sukses 7-Eleven dan Hendri Honoris yang Tak Lulus SD

Apakah anda tahu 7-Eleven? Kalau anda tidak tahu, maka sepertinya rumah anda berada di pinggiran, dan anda lebih mengenal alfamart dan indomart, betul? Seven Eleven atau yang biasa disingkat SEVEL adalah salah satu jaringan toko kelontong yang terbesar di dunia.

Awal mula berdirinya 7-eleven dari Amerika sono, dulunya nih toko buka dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam, jadi namanya 7-eleven, namun saat ini toko ini bukanya 24 jam non stop. Dalam perkembangannya, sevel kemudian dijual kepada salah satu perusahaan jepang, Ito-Yokado.

Setiap gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan, minuman, dan majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti pembayaran tagihan serta penjualan makanan khas daerah. Produk khas 7-Eleven adalah Slurpee, sejenis minuman es dan Big Gulp, minuman soft drink berukuran besar.

Di Indonesia sendiri, 7-Eleven dikelola oleh PT Modern Putraindonesia, anak perusahaan PT Modern International, yang merupakan distributor Fuji film di Indonesia. Saat ini, 7-Eleven baru membuka cabang-cabangnya di Jakarta, dan untuk kota-kota lainnya seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, Makassar, Palembang, dan Medan akan segera menyusul. Perkembangan SEVEL terus diawasi pemerintah agar tidak berubah menjadi minimarket, karena menurut undang-undang, kepemilikan waralaba minimarket harus dari pihak lokal.

Sosok kesuksesan 7-Eleven di Indonesia adalah seorang Hendri Honoris, CEO Seven-Eleven Indonesia. Awal mula kisahnya ketika usaha keluarga Hendri sudah cukup sukses dengan memiliki gerai Fuji Film di beberapa kota di Indonesia. Akhirnya dunia digital datang. “Setelah ada camera digital, sekarang sudah sedikit sekali orang mencetak foto-foto mereka. Sehingga kami terpaksa menutup satu-persatu gerai kami,” katanya.

Namun kebangkrutan Fuji Film, semakin mendorongnya berusaha mencari inovasi baru. Dengan melihat kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka nongkrong, ia membuka usaha bidang outlet Seven-Eleven. Pasar ternyata menyambutnya dengan baik. Walau di Indonesia baru ada di Jakarta saja, keluarga Hendri sudah memiliki sekitar 90 buah outlet.

Andrie mengatakan kegagalan berkali-kali yang sering dihadapi para wirausahawan seharusnya menjadi sebuah motivasi bagi pengusaha. Pengusaha harus mengevaluasi usahanya. Dan mungkin saja, kagagalan tercipta karena perkembangan yang memang tidak bisa dihindari. “Jadi untuk tetap bertahan, harus dilakukan inovasi. Kalau tidak usahanya akan mati,” kata pria yang tidak tamat sekolah dasar ini.

Sebuah inspirasi dari seorang yang sukses dengan bisnisnya, padahal dia tidak lulus SD, dan dia mengalami kegagalan berkali-kali, namun jiwa usahanya terus berkembang dan kesuksesan seakan mendekat sendiri kepadanya.

Updated at: 2:25 AM

0 comments:

Post a Comment