Kisah Wisata ke Hutan Belantara, Melihat Sisa Peninggalan Perang

Umumnya berwisata ke tempat rekreasi yang ramai dikunjungi dengan melihat pemandangan yang indah untuk bersantai, namun tidak dengan rombongan kami yang bisa dikatakan cukup nyeleneh. Kami memutuskan untuk berwisata ke dalam hutan, sebuah hutan yang tak terjamah, masih liar dan jauh dari pemukiman warga.

Kami memulai petualangan ini di hari sabtu pagi, berangkat dengan rombongan yang berisi 4 orang dan kami sudah menyewa salah satu penduduk lokal yang tinggal paling dekat dengan hutan liar itu sebagai pemandu, menurutnya dia sudah sering keluar masuk ke dalam hutan tersebut. Perlengkapan yang kami bawa hanya parang, korek, beras, mi instant, senapan angin, dan beberapa perlengkapan lain untuk berjaga-jaga jika menemui bahaya di dalam hutan.

Sekitar jam 8 pagi kami sudah mulai memasuki hutan, jalanan yang kami lewati sungguh curam dan sulit, dengan jalan yang naik turun beralaskan tanah basah yang terkadang membuatku terpeleset. Di awal perjalanan itu, aku mendapati berbagai jenis tanaman liar yang jarang aku temui, lalu banyak sekali pohon besar yang berdiri kokoh di dalam hutan, tak lupa beberapa sumber mata air yang sangat jernih karena belum tersentuh oleh tangan manusia.

Aku melihat jam tangan dan menunjukkan jam 12 siang, kami memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu untuk makan siang dan melemaskan otot yang sedari tadi dipacu di jalur yang menegangkan. Sembari makan, sang pemandu menceritakan pengalamannya ketika menelusuri hutan sendirian, menurutnya kalau menuju titik tengah hutan, bisa menghabiskan waktu hampir 2 hari lamanya dengan perjalanan yang tak diselingi istirahat. Dia juga menceritakan pengalamannya bertemu dengan hewan buas di hutan, babi liar, kera, anjing liar, bahkan ada harimau yang dia temui, namun dia juga ragu apakah hewan buas tersebut nyata atau hanya makhluk halus yang menyamar.

Sekitar jam 1 kami melanjutkan perjalanan, kami sudah memasuki seperempat lokasi hutan dan artinya sebentar lagi kami sudah masuk ke dalam pusat hutan itu, dimana tempat yang kami tuju memang berada di tengah hutan itu. Semakin dalam memasuki hutan, jalan yang kami temui seakan buntu dan memaksa kami untuk membuat jalan baru dengan membabat tanaman liar yang menutupi jalan. Jangan membayangkan jalanan yang nyaman, di sini yang ada hany rumput liar yang tingginya hampir sebadan, lalu tanah lembab yang terkadang sangat becek dan susah untuk ditapaki.

Waktu menunjukkan jam 5 sore dan sebentar lagi kami sudah memassuki pusat hutan belantara ini, matahari mulai meredup dan suasana gelap mulai terliahat di depan mata, kami memaksakan tubuh yang sudah lelah agar segera sampai ke tujuan. Burung liar berterbangan, burung yang sudah jarang bisa didapati di lingkungan kita, masih banyak di dalam hutan dan hidup dengan damai. Sialnya, kami mendapati seekor babi liar yang sedang mengamuk, babi itu menyerang kami dan mau tidak mau terpaksa kami menggunakan senapan angin untuk melumpuhkannya. Perlua hampir 20 kali tembakan untuk sekedar memastikan babi liar itu sudah mati, sungguh tenaga yang luar biasa dari hewan liar itu.

Dan akhirnya sekitar jam 6.30 setelah terhambat oleh serangan babi liar, kami sampai ke tempat tujuan kami. Setengah hari kami berjalan menapaki jalur yang sangat curam dan berbahaya, dan pemandangan yang kami dapati sungguh membuat kami puas malam itu. Sisa peninggalan perang pada jaman penjajahan, sebuah bangkai helikopter yang masih terlihat uuh rangkanya, masih menunjukkan bagaimana kengerian pada masa itu. Kami mulai memasuki bangkai helikopter tersebut dan melihat keadaan di dalamnya, beberapa mesin dan perlengkapan sudah raib, entahlah mungkin ada yang sudah mencurinya. Bodi helikopter itu sudah karatan, beberapa bagian sudah tidak utuh dan rusak, namun tak mengurangi bagaimana kegaharan sisa jaman perang itu.

Malam mencekam kami lalui, karena tak membawa tenda, kami harus tidur di sekitar helikopter itu dengan beralaskan daun, kami hanya berdo'a semoga malam ini tidak turun hujan. Kayu bakar disiapkan, beras dan mi instant kami masak untuk mengganjal perut kami yang sudah keroncongan, ini adalah pertama kalinya aku merasakan mi instant dan nasi yang rasanya sangat lezat. Hampir semalaman kami bercanda gurau di situ, menikmati suasana liar di tengah hutan, nyamuk liar membuat kami jengkel karena mereka seakan mengeroyok kami, bahkan aku hampir tidak bisa tidur karena gangguan dari nyamuk-nyamu itu.

Bangun, bangun, ada macan! Salah satu teman kami berteriak membangunkan yang lain, aku yang masih setengah sadar segera berjaga sambil melihat keadaan di sekitar kami. Teman kami mengaku bahwa ada seekor macan yang berada di dekat kami, dia mengawasi kami dengan tatapan yang menakutkan. Pemandu hanya menyuruh kami untuk berdo'a, dan dia pergi ke dalam kegelapan hutan, sendirian entah apa yang dia lakukan, dan sekembalinya dia mengatakan bahwa keadaan aman dan kami bisa tidur lagi. Ah, jangan-jangan itu adalah macan jadi-jadian yang sebelumnya diceritakan kepada kami.

Matahari mulai menampakkan sinarnya, memaksa kami membuka mata dan menyiapkan sarapan pagi, kami sudah selesai dengan petualangan ini, dan kami harus segera kembali untuk keluar dari hutan ini. Banyak pengalaman tak terlupakan, banyak peristiwa yang menakjubkan, dan banyak rahasia yang tak dapat saya tuliskan di sini.

Updated at: 8:50 PM

0 comments:

Post a Comment