Kisah Inspirasi, Pendidikan di Indonesia dan Perjuangannya

Ketika itu sore hari sekitar jam 4 sore, saya berangkat ke lapangan bola untuk latihan rutin sepak bola bersama teman-teman satu tim saya. Kebetulan lapangan kami agak jauh dari pemukiman warga, sekitar 2-3km dari rumah saya. Lapangan itu berdekatan dengan sekolah dasar di desa saya, yah saya memang menjalani masa kecil di sebuah desa di lereng gunung, dengan dikelilingi sawah warga membuat suasana di sana agak sepi namun masih sangat asri dan udaranya segar.

Beberapa saat di lapangan, saya dan teman-teman masih menunggu beberapa anggota tim lain yang belum sampai untuk latihan, sambil menunggu kami duduk di pinggir lapangan sambil ngobrol tentang seputaran tim sepakbola kami. Dari arah persawahan warga datang seorang ibu menggunakan payung dan brpakaian seperti seorang warga desa biasa, dia berjalan dengan muka yang terlihat lelah dan agak khawatir, kami semua hanya melihatnya saja tanpa bertanya kepada ibu itu karena memang kami tidak mengenalnya. Beliau berhenti di pinggir jalan, berdiri lemah di sana dan memandang ke arah SD di dekat kami.

Kemudian langit yang mendung mulai meneteskan berkahnya, yah saat itu hujan mulai turun walau tidak terlalu deras. Kami mulai berlatih di lapangan, dan di bawah guyuran hujan kami menikmati sore itu dengan senyum dan kebahagiaan anak muda yang memiliki kegiatan positif dalam dunia olahraga. Sesaat di tengah latihan, saya teringat ibu yang tadi berdiri di pinggir jalan, ternyata dia masih di sana setia berdiri seakan menunggu seseorang. Selang beberapa saat kemudian datang seorang anak kecil dari arah SD, dengan seragam yang sudah lusuh dan wajah pucat yang mungkin sangat kelaparan, saat itu sekitar jam 5 sore, yah wajar saja jika seorang anak kelaparan setelah belajar di sekolah. Usust punya usut ternyata anak itu adalah anaknya sang ibu yang sedari tadi menunggu di pinggir jalan, anak itu adalah siswa di SD dan saat itu dia sedang mengikuti les di SD, jadi pulangnya sore. Saya melihat senyum di wajah ibu yang sedari tadi menunggu di pinggir jalan, menyambut anaknya yang berlari sambil tersenyum seakan sangat bahagia melihat ibunya menjemput anaknya itu, lalu mereka segera masuk melalui jalan di tengah sawah menuju rumah mereka di bawah guyuran hujan yang semakin deras di sore yang bagi kami adalah sore yang indah saat latihan bola.

Setelah kejadian itu, saya teringat masa SD saya, saat itu saya memiliki beberapa teman yang berasal dari pemukiman seperti ibu kemarin yang saya jumpai, yah di tempat tinggal saya ada sebuah pemukiman yang jauh dari keramaian, malah kalau saya bilang itu lebih tepat dibilang hutan belantara. Anak yang sekolah dari pemukiman itu menempuh jarak sekitar 3km melalui jalanan seadanya yang di sampingnya adalah sawah dan hutan dan hanya biasa ditempuh dengan berjalan kaki saja, tidak ada listrik di sana, tidak ada warung, apalagi keramaian seperti yang sering kita temui selama ini. Mereka hidup di sana, tinggal di sana, dan mereka memperjuangkan anaknya agar mendapatkan pendidikan yang layak, walaupun saya tahu mereka tidak memiliki biaya yang cukup (saya ingat teman saya dulu sering menunggak biaya pendidikan bahkan hingga raport-nya ditahan), para orang tua di sana mau menyempatkan waktunya mengantar dan menjemput anaknya untuk sekolah, kadang di bawah terik matahari, terkadang juga di bawah guyuran hujan yang sangat deras (saya ingat teman saya pernah berangkat ke SD dengan pakaian basah berlumpur, karena menurutnya dia terjatuh ke sawah ketika berangkat sekolah), mereka hidup bukan dengan sederhana lagi, mereka hidup sangat kesulitan, tidak bisa belajar di malam hari (tidak ada listrik), mereka hidup di hutan belantara dimana malam hari adalah saat gelap yang memenjarakan mereka di dalam rumahnya yang semi permanen, dan semua itu nyata dan ada di Indonesia, itu di dekat saya dan mereka teman-teman saya sewaktu di SD.

Besoknya saya berangkat ke lapangan lagi untuk latihan bola, saya masih melihat ibu itu masih menunggu anaknya di sekolah, masih dengan suasana hujan dan dia masih memasang muka yang khawatir dan hanya akan tersenyum ketika anaknya datang berlari dan menyambutnya, Ya Allah...saya benar-benar terenyuh melihat keadaan ini, banyak nikmat-MU yang aku tak bersyukur karenanya, banyak sekali hal yang aku tak sadari, aku bisa menjadi seorang sarjana dengan mudahnya, sementara tetanggaku berharap mendapat pendidikan SD dengan perjuangan yang sangat berat. Ketika saya bertemu dengan ibu itu, saya tersenyum kepadanya dan dia membalas senyum saya, lalu saya beranikan bertanya "nunggu anaknya yah bu?", dia menjawab "iya mas, lagi les di SD", hati saya bergetar melihat kasih sayang seorang ibu yang tiada tara, saya hanya menunduk malu dengan keadaan saya.

Seberapa penting pendidikan untuk kita, tentu saya akan menganggapnya penting ketika saya melihat perjuangan teman saya dari pemukiman ini, mereka rela menempuh jarak begitu jauh hanya untuk bisa mendapatkan pendidikan seperti warga negara lainnya. Masihkan kita mengeluhkan kehidupan kita ketika ada orang yang jauh di bawah kita, mereka tak mengeluh, dan mereka terus berjuang, berfikirlah dan bersyukurlah.

Updated at: 8:06 PM

0 comments:

Post a Comment